MODUL MASALAH- MASALAH SOSIAL
DENGAN PENDEKTAN TOPIK
DI SUSUN OLEH :
TRI MEILANI SIHITE
1405030089
A31 / PGSD
DOSEN
: Renato Gema Nugraha Hutabarat, SS, M.Pd
UNIVERSITAS QUALITY MEDAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PRODI PGSD
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Modul
Masalah-Masalah Sosial dengan Pendekatan Topik.
Modul
ini berisikan informasi tentang Pengertian Masalah Sosial atau yang lebih
khususnya membahas anak-anak atau remaja yang moralnya menjadi rendah, faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta identifikasi dan contohnya.
Diharapkan
Modul ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Masalah-masalah
Sosial yang Terjadi pada Anak Remaja.Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Modul ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Medan,
Maret 2017
TRI
MEILANI SIHITE
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 2
B. Rumusan Masalah.............................................................. 7
C. Tujuan Penulisan................................................................ 7
D. Manfaat penulisan.............................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Masalah SoDefinisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli.............. 8
B. Macam-macam
Masalah Sosial Bidang Pembangunan Di Indonesia........ 9
C. Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Sosial.................................... 14
D. Langkah
Strategis Menanggulangi Masalah Sosial................................... 19
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 23
B.
Saran........................................................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat,
maka sejak saat itu sebuah gejala yang disebut masalah sosial berkutat
didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam realitas sosial memang tidak pernah
dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam pengertian tidak pernah
dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh kebutuhan setiap warga
masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial sesuai harapan atau
seluruh warga masyarakat dan komponen sistem sosial mampu menyesuaikan dengan
tuntutan perubahan yang terjadi. Dengan kata lain das sein selalu tidak sesuai
das sollen.
Pada jalur yang searah, sejak tumbuhnya
ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai obyek studi kehidupan masyarakat, maka
sejak itu pula studi masalah sosial mulai dilakukan. Dari masa ke masa para
sosiolog mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui beragam
perspektif dan fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin
memperlebar jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan
yang luas dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial. Buku ini hadir dengan
fokus studi masalah sosial yang sekaligus memuat referensi dan rekomendasi bagi
tindakan untuk melakukan penanganan masalah. Di negara-negara berkembang,
tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan dalam rangka penanganan
masalah sosial menjadi perhatian yang sangat serius demi kelangsungan serta
kemajuan bangsanya menuju cita-cita kemakmuran dan kesejahteraan. Terkait hal
itu, pembahasan mengenai berbagai perspektif sosial, identifikasi melalui
serangkaian unit analisis serta pemecahan masalah yang berbasis negara dan
masyarakat menjadi tema-tema yang diulas secara teoritis dalam makalah ini.
Masalah sosial menemui pengertiaannya
sebagai sebuah kondisi yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan
kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah
disepakati. Keberadaan masalah sosial ditengah kehidupan masyarakat dapat diketahui
secara cermat melalui beberapa proses dan tahapan analitis, yang salah satunya
berupa tahapan diagnosis. Dalam mendiagnosis masalah sosial diperlukan sebuah
pendekatan sebagai perangkat untuk membaca aspek masalah secara konseptual.
Eitzen membedakan adanya dua pendekatan yaitu person blame approach dan system
blame approach (hlm. 153). Person blame approach merupakan suatu pendekatan
untuk memahami masalah sosial pada level individu.
Person blame approach merupakan suatu
pendekatan untuk memahami masalah sosial pada level individu. Diagnosis masalah
menempatkan individu sebagai unit analisanya. Sumber masalah sosial dilihat
dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang menyandang masalah. Melalui
diagnosis tersebut lantas bisa ditemukan faktor penyebabnya yang mungkin
berasal dari kondisi fisik, psikis maupun proses sosialisasinya. Sedang
pendekatan kedua system blame approach merupakan unit analisis untuk memahami
sumber masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa sistem
dan struktur sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu
sebagai warga masyarakat tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu,
masalah sosial terjadi oleh karena sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu
dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk penyesuaian
antar komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri. Dari kedua pendekatan
tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari
”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem.
Mengintegrasikan kedua pendekatan
tersebut akan sangat berguna dalam rangka melacak akar masalah untuk kemudian
dicarikan pemecahannya. Untuk mendiagnosis masalah pengangguran misalnya,
secara lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor yang melekat pada
diri penganggur saja seperti kurang inovatif atau malas mencari peluang, akan
tetapi juga perlu dilihat sumbernya masalahnya dari level sistem baik sistem
pendidikan, sistem produksi dan sistem perokonomian atau bahkan sistem sosial
politik pada tingkat yang lebih luas. Masyarakat Dan Negara Parillo menyatakan,
kenyataan paling mendasar dalam kehidupan sosial adalah bahwa masyarakat
terbentuk dalam suatu bangunan struktur. Melalui bangunan struktural tertentu
maka dimungkinkan beberapa individu mempunyai kekuasaan, kesempatan dan peluang
yang lebih baik dari individu yang lain.
Dari hal tersebut dapat dimengerti
apabila kalangan tertentu dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dari
kondisi sosial yang ada sekaligus memungkinkan terpenuhinya segala bentuk
kebutuhan, sementara dipihak lain masih banyak yang kekurangan.Masalah sosial
sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial pada
gilirannya selalu mendorong adanya tindakan untuk melakukan perubahan dan
perbaikan. Dalam konteks tersebut, upaya pemecahan sosial dapat dibedakan
antara upaya pemecahan berbasis negara dan berbasis masyarakat. Negara
merupakan pihak yang sepatutnya responsif terhadap keberadaan masalah sosial.
Perwujudan kesejahteraan setiap warganya merupakan tanggung jawab sekaligus
peran vital bagi keberlangsungan negara.
Upaya pemecahan sosial sebagai muara
penanganan sosial juga dapat berupa suatu tindakan bersama oleh masyarakat
untuk mewujudkan suatu perubahan yang sesuai yang diharapkan. Dalam teorinya
Kotler mengatakan, bahwa manusia dapat memperbaiki kondisi kehidupan sosialnya
dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif. Tindakan kolektif dapat dilakukan
oleh masyarakat untuk melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.
Kebermaknaan suatu studi termasuk studi masalah sosial disamping ditentukan
oleh wawasan teoritik dalam menjelaskan gejala dan alur penalaran dari berbagai
proposisi yang dihasilkan, juga sangat ditentukan oleh bagaimana studi itu
dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Setidaknya seperti itulah muatan
optimisme yang di kehendaki penulis makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi masalah sosial ?
2.
Apa macam-macam masalah sosial ?
3.
Faktor apa yang mempengaruhi
masalah sosial
C.
Tujuan
1. Mengetahui
definisi masalah sosial.
2. Mengetahui
macam-macam masalah sosial.
3. Mengetahui
faktor yang mempengaruhi masalah social.
D.
Manfaat
1. Dapat
mengetahui definisi masalah sosial.
2. Dapat
mengetahui macam-macam masalah sosial.
3. Dapat
mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah social
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Masalah SoDefinisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli
Sebenarnya masalah sosial merupakan
hasil dari proses perkembangan masyarakat. Artinya problema tadi memang
sewajarnya timbul apabila tidak diinginkan adanya hambatan-hambatan terhadap
penemuan-penemuan baru atau gagasan baru. Banyak perubahan yang bermanfaat bagi
masyarakat, walau kadang mengakibatkan kegoncangan terutama bila perubahan
berlangsung dengan sangat cepat dan bertubi-tubi. Masalah sosial timbul ketika
dalam jangka waktu tertentu masyarakat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan sosial yang ada. Kekurangan dalam diri manusia atau
kelompok sosial yang bersumber pada faktor ekonomi, biologis psikologis, budaya
juga menjadi penyebab utama timbulnya masalah sosial ini.
v Perspektif Sosiologi
Masalah Sosial adalah situasi yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai perlu diatasi (dipemecahankan). Pandangan pekerja
sosial adalah terganggunya fungsi sosial, sehingga mempengaruhi kemampuan
memenuhi kebutuhan, dan peranan-peranannya di masyarakat. Kondisi yang
dipandang orang atau masyarakat sebagai situasi yang tidak diharapkan.
v Menurut Gillin dan Gillin
Masalah sosial merupakan suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada dalam masyarakat, yang membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Atau, menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan
pokok warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan sosial.
Apabila antara unsur moral, politik, pendidikan, agama, kebiasaan dan ekonomi
terjadi bentrokan, maka hubungan sosial akan ikut terganggu sehingga mungkin
akan terjadi kegoyahan dalam kehidupan kelompok.
v Menurut Horton dan Leslie, 1984
Situasi sosial yang tidak diinginkan
oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan akan mengganggu sistem sosial dan
perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah perilaku yang menyimpang
dari nilai atau norma-norma.
v Menurut Soerjono Soekanto
Masalah sosial (problema sosial)
merupakan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam masyarakat, bersifat
sosial dan berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Jadi pada dasarnya masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial
dan moral. Oleh karena itu masalah sosial tidak akan mungkin dibahas tanpa
mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk.
B.
Macam-macam
Masalah Sosial Bidang Pembangunan Di Indonesia
1.
Masalah
Pendidikan
Seperti yang telah kita ketahui,
kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari
kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya
harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang,
guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak
diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang
sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar
murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka
ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut,
tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru
berpengalaman yang pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi
faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di
daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang
terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja.
Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti
kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab
pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat
kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin
(12/3/2007).
2.
Masalah
Kemiskinan
Dalam kajian sosiologi pembangunan,
konsep kemiskinan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu yang pertama kemiskinan
absolut (a fixed yardstick). Konsep kemiskinan absolut ini dirumuskan dengan
membuat ukuran tertentu yang kongkit. Ukuran ini lazimnya berorientasi pada
kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pangan, papan dan sandang.
Besarnya ukuran setiap negara berbeda. Kedua, kemiskinan relatif (the idea of
relative). Konsep kemiskinan relatif ini dirumuskan berdasarkan atau
memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Asumsi ini, bahwa kemiskinan di daerah
satu dengan daerah lain tidak sama, demikian juga antara waktu dulu dengan
sekarang berbeda. Ketiga, kemiskinan subjektif. Konsep kemiskinan sbjektif ini
dirumuskan berdasarkan perasaan individu atau kelompok miskin. Kita menilai
individu atau kelompok tertentu miskin, tetapi kelompok yang kita nilai
menganggap bahwa dirinya bukan miskin, atau sebaliknya. Konsep kemiskinan
ketiga inilah yang lebih tepat apabila memahami konsep kemiskinan dan bagaimana
langkah strategis dalam menangani kemiskinan (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W.
2004).
3.
Masalah
Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja
Pengertian perilaku menyimpang (deviasi
sosial) adalah semua bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
sosial yang ada. Jadi, perilaku menyimpang remaja adalah semua bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku di
masyarakat.
Diantara bentuk atau macam-macam
perilaku menyimpang remaja antara lain:
a) Tawuran
antar pelajar;
b) Penyimpangan
seksual meliputi homoseksual, lesbianisme, dan hubungan seksual sebelum nikah;
c) Alkoholisme;
d) Penyalahgunaan
obat terlarang atau narkotika;
e) Kebut-kebutan
di jalan raya;
f) Pencurian
atau penipuan, dan bentuk-bentuk tindakan kriminalitas lainnya.
Kenakalan
remaja pada umumnya diawali dari munculnya gejala-gejala, antara lain:
a) Sikap
apatis terhadap kewajiban-kewajiban normatif yang melekat pada dirinya;
b) Adanya
kecenderungan sikap untuk suka mengganggu teman lainnya;
c) Sikap
kecewa yang berlebihan karena tidak terpenuhinya keingian tertentu.
d) Kurang
fokus atau perhatian terhadap suatu agenda kegiatan tertentu;
e) Sikap
takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang dianggap merugikan dirinya; dan
f) Ketidakmampuan
untuk berperan dalam kelompok atau sikap ‘manja’ yang berlebihan (Sudarsono,
1995).
Bentuk
penyimpangan perilaku remaja dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
a) Penyimpangan
primer, yaitu penyimpangan yang sifatnya temporer, sementara, dan masyarakat
masih bisa mentolerir;
b) Penyimpangan
sekunder, yaitu penyimpangan yang dapat merugikan atau mengancam keselamatan orang
lain, misalnya tindakan kriminal;
c) Penyimpangan
kelompok, yaitu penyimpangan yang dilakukan secara kelompok, misalnya geng
untuk berkelahi, narkotik; dan
d) Penyimpangan
individu, yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan secara sendiri.
4.
Masalah
Lingkungan Hidup
Problem atau masalah lingkungan hidup
harus menjadi perhatian yang sangat serius, karena persoalan lingkungan adalah:
a. Menyangkut
jaminan kualitas kelangsungan kehidupan generasi dimasa-masa yang akan datang;
dan
b. Kegagalan
dalam menangani persoalan lingkungan akan membawa dampak negatif disemu sektor
kehidupan, baik dalam level lokal, nasional dan bahkan dunia, misalnya:
terjadinya bencana banjir, pemanasan global; tanah longsor dan sebagainya.
Proses pembangunan dan industrialisasi
di negara-negara maju dan berkembang ternyata membawa dampak munculnya masalah
pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, pencemaran udara, pencemaran laut
atau air. Meningkatnya pencemaran lingkungan tersebut secara langsung atau
tidak langsung mendorong munculnya beragam problem kehidupan di berbagai aspek,
misalnya:
a) Tingkat
kualitas kesehatan masyarakat semakin terancam;
b) Kualitas
kesuburan tanah dan ekosistem lingkungan fisik terancam;
c) Kualitas
air sebagai sumber kehidupan semakin tercemar;
d) Terjadinya
pencemaran udara, karena polusi industri, dan sebagainya.
5.
Masalah
Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok
Masalah konflik Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok (SARA), bagi negara-negara berkembang yang multikultural
(termasuk Indonesia) adalah problem yang sewaktu-waktu bisa muncul, dan dapat
mengganggu kelancaran proses pembangunan. Oleh karena setiap desain pembangunan
dan pelaksanaan pembangunan harus betul-betul meminimalkan terjadinya konflik
SARA (Warnaen, S. 2002; Nugroho, F, (eds). 2004). Unsur-unsur konflik SARA
adalah:
a. Ada
dua pihak atau lebih yang terlibat konflik;
b. Ada
tujuan yang menjadi sasaran konflik, dan tujuan tersebut sebagai sumber
konflik; dan
c. Ada
perbedaan pikiran, perasaan dan tindakan untuk meraih tujuan yang saling
memaksakan atau menghancurkan.
Ciri-ciri
konflik SARA adalah:
a) Bersifat
alamiah;
b) Anggota
suku, agama, ras, antar kelompok yang terlibat konflik cenderung lebih
terdorong untuk melakukan konflik berikutnya untuk kepentingan kelompoknya;
c) Umumnya
terjadi antara SARA mayoritas dengan minoritas;
d) Sering
diiringi dengan kekerasan yang berlangsung dalam ruang dan waktu tertentu;
e) Mereka
yang terlibat konflik merasa belum puas karena kebutuhan mereka belum
terpenuhi; dan
f) Konflik
melibatkan dua kelompok kepentingan yang saling memperebutkan kebutuhan hidup
(Suryadinata, L., dkk. 2003; ; Liliweri, A.. 2005).
6.
Masalah
Kriminalitas
Kriminalitas atau tindakan kriminal
merupakan problem sosial yang bersifat laten (selalu ada dalam kehidupan
masyarakat atau negara manapun), namun tindakan kriminal bukanlah penyimpangan
perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi tindakan kriminal merupakan hasil dari
sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering dikategorikan
sebagai tindak pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara contoh
tindakan kriminal adalah: korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan
atau pemalsuan, penculikan, perkosaan, sindikat narkotik atau penyalahgunaan
obat terlarang.
C.
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Sosial
Masalah sosial atau masalah sosial
timbul akibat adanya gejala-gejala abnormal yang timbul di masyarakat. Hal
tersebut terjadi karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan
penderitaan, yang selanjutnya disebut masalah sosial.
Masalah sosial ini berhubungan erat
dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Untuk itu terjadi
sedikit saja pergeseran diantara nilai-nilai sosial dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan, maka hubungan antarmanusia yang terdapat di dalam kerangka
bagian kebudayaan yang normatif akan ikut terganggu.
Namun setiap masyarakat tentunya
mempunyai ukuran yang berbeda mengenai hal ini, misalnya soal gelandangan
merupakan masalah social yang nyata yang dihadapi kota-kota besar di Indonesia.
Akan tetapi belum tentu masalah tadi dianggap sebagai masalah sosial di tempat
lain. Faktor waktu juga mempengaruhi masalah sosial ini. Selain itu, ada juga
masalah-masalah yang tidak bersumber pada penyimpangan norma masyarakat,
seperti masalah pengangguran, penduduk, kemiskinan.
Masalah sosial dapat dikategorikan
menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor
Ekonomi : kemiskinan,
pengangguran dan lain-lain.
2. Faktor
Budaya : perceraian, kenakalan
remaja, dan lain-lain.
3. Faktor
Biologis : penyakit menular.
4. Faktor
Psikologis : penyakit syaraf,
aliran sesat, dan lain-lain.
1)
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Pendidikan
Penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah
pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia
pendidikan yaitu:
·
Rendahnya sarana fisik;
·
Rendahnya kualitas guru;
·
Rendahnya kesejahteraan guru;
·
Rendahnya prestasi siswa;
·
Rendahnya kesempatan pemerataan
pendidikan;
·
Rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan; dan
·
Mahalnya biaya pendidikan.
2)
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Kemiskinan
Secara sosiologis, kemiskian merupakan
salah satu problem sosial yang paling serius dialami oleh negara-negara
berkembang. Secara umum kajian tentang kemiskinan dapat ditinjau dari dua
perspektif, yaitu yang pertama perspektif kultural (cultural perspective). Dan
kedua adalah perspektif struktural atau situasional (situational perspective).
Kedua perspektif tersebut mempunyai asumsi, metode dan pendekatan yang berbeda
dalam menganalisis tentang kemiskinan.
Pertama, perspektif
kultural. Konsep kemiskinan dalam perspektif kultural dikelompokkan menjadi
tiga tingkatan analisis, yaitu yang pertama tingkatan individu, hal ini berarti
kemiskinan karena mentalitas individu yang malas, apatis, fatalistik, pasrah,
boros, dan tergantung (mentalitas negatif). Kedua adalah tingkatan keluarga,
hal ini berarti kemiskinan karena jumlah anak dalam keluarga sangat besar,
dengan pola budaya keluarga yang tidak produktif. Dan yang ketiga adalah
tingkatan masyarakat, hal ini berarti kemiskinan kerena tidak terintegrasinya
kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif.
Kedua,
perspektif struktural. Konsep kemiskinan dalam perspektif struktural adalah
kemiskinan yang terjadi karena dampak dari faktor-faktor struktur masyarakat
(faktor eksternal), yaitu terjadinya kemiskinan karena :
·
Program atau perencanaan pembangunan
yang tidak tepat;
·
Pelaksanaan kekuasan pemerintahan
(birokrasi pemerintah) yang korup;
·
Kehidupan sosial-politik yang tidak
demokratis atau otoriter;
·
Sistem ekonomi liberalistik atau
kapitalistik;
·
Perkembangnya teknologi modern atau
industrialisasi yang mekanistik disemua aspek;
·
Kesenjangan sosial-ekonomi di masyarakat
sangat tinggi;
·
Globalisasi ekonomi dan pasar bebas.
3)
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja
Faktor-faktor
penyebab terbentuknya perilaku menyimpang remaja, antara lain:
a) Ketidaksanggupan
menyerap norma budaya;
b) Adanya
ikatan sosial yang berlainan dengan yang dimiliki;
c) Akibat
proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang;
d) Akibat
kegagalan dalam proses sosialisasi;
e) Sikap
mental yang tidak sehat;
f) Keluarga
yang broken home atau keluarga yang disintegrasi;
g) Pelampiasan
rasa kecewa yang berlebihan;
h) Dorongan
yang berlebihan untuk dipuji;
i)
Proses belajar yang menyimpang;
j)
Dorongan pemenuhan kebutuhan ekonomi
yang salah; dan
k) Pengaruh
lingkungan dan media masa yang negatif.
4)
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Lingkungan Hidup
Ada beberapa faktor kekuatan sosial
(perilaku manusia) yang menyebabkan terjadinya penceran dan ancaman kelestarian
lingkungan, antara lain:
a) Pertumbuhan
penduduk yang pesat dan mengakibatkan meningkatnya permintaan akan makanan,
energi dan beberapa kebutuhan lainnya;
b) Konsentrasi
penduduk di daerah perkotaan (urbanisasi) menyebabkan munculnya beragam limbah
yang dapat merusak ekosistem;
c) Proses
pembangunan dan modernisasi yang meningkatkan pengunaan tekbologi modern yang
bersifat konsumerisme dan mengabaikan keselamatan lingkungan; dan
d) Aktivitas
dan mekanisme pasar, bekerja tanpa pertimbangan keselamatan atau kelestarian
lingkungan hidup.
5)
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)
Sumber-sumber
konflik SARA, yaitu:
a) Perbedaan
orientasi nilai budaya dan masing-masing saling memaksakan kehendak;
b) Tertutupnya
pintu komunikasi antar masing-masing pihak sehingga tidak bisa saling memahami
pola budaya;
c) Kepemimpinan
yang tidak efektif; pengambilan keputusan yang tidak adil;
d) Ketidakcocokan
peran-peran sosial, yang disertai dengan pemaksaan kehendak;
e) Produktivitas
masing-masing pihak rendah dalam kelompok, sehingga kebutuhan kelompok tidak
terpenuhi;
f) Terjadinya
perubahan sosial budaya yang bersifat revolusioner, sehingga terjadi
disintegrasi sosial-budaya;
g) Karena
latar belakang historis yang tidak baik; dan
h) Kesenjangan
sosial-ekonomi.
6)
Faktor-faktor
yang Menyebabkan Masalah Kriminalitas
Hal-hal yang mendorong terjadinya
perilaku menyimpang dalam bentuk tindakan kriminal antara lain:
a. Terjadinya
perubahan sosial, politik, ekonomi yang bersifat revolusi, misalnya terjadi
peperangan;
b. Terjadinya
kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang begitu besar, sebagai akibat
kesalahan strategi atau perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan;
c. Adanya
peluang atau kesempatan untuk terjadinya tindakan kriminal, karena alat-alat
penegak hukum tidak tegas atau tidak ada kepastian hukum di masyarakat;
d. Pemerintah
yang lemah (tidak bersih) dan aparat pemerintah yang korup, atau banyak muncul
penjahat kerah putih (white collar crime) di setiap departemen pemerintah atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi;
e. Meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak terkendali, sehingga jumlah pengangguran dan
urbanisasi meningkat;
f. Kondisi
kehidupan keluarga yang disintegratif; dan
g. Berkembangnya
sikap mental negatif, misalnya: hedonistis, konsumersitis, suka menempuh jalan
pintas dalam meraih tujuan dan sejenisnya.
D.
Langkah
Strategis Menanggulangi Masalah Sosial
1.
Langkah Strategis Menanggulangi Masalah
Pendidikan
Pertama,
solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung
jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Kedua,
solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa.
2.
Langkah
Strategis Menanggulangi Masalah Kemiskinan
Beberapa langkah strategis yang dapat
dilakukan dalam menanggulangi kemiskinan antara lain:
a. Menyusun
perencanaan pembangunan yang tepat dan integral;
b. Melaksanakan
program pembangunan di segala bidang, yang berbasis kerakyatan;
c. Meningkatkan
kualitas layanan pendidikan secara maksimal sesuai dengan amanat UUD 1945;
d. Reformasi
birokrasi (transparansi, efisiensi dan akuntabilitas pengelolaan sumber daya
pembangunan);
e. Menegakkan
kepastian hukum dan berkeadilan; dan
f. Meningkatkan
peran serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media massa dalam proses
pembangunan
3.
Langkah
Strategis Menanggulangi Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kenakalan
Remaja
Diantara langkah strategis untuk
meminimalkan terjadinya kenakalan remaja antara lain:
a. Menciptakan
kehidupan rumah tangga yang beragama (menunjung tinggi nilai spiritual);
b. Menciptakan
kehidupan keluarga yang harmonis (hubungan antara ayah, ibu dan anak terjalin
dengan baik);
c. Mewujudkan
kesamaan nilai, norma yang dipegang antara ayah dan ibu dalam mendidik anak;
d. Memberikan
kasih sayang secara wajar atau proporsional (tidak memanjakan anak);
e. Memberikan
perhatian secara proporsional terhadap beragam kebutuhan anak;
f. Memberikan
pengawasan secara wajar atau proporsional terhadap pergaulan anak di lingkungan
masyarakat atau teman bermainnya; dan
g. Memberikan
contoh tauladan yang terbaik pada anak, dan setiap pemberian layanan pada aak
diarahkan pada upaya membentuk karakter atau mentalitas positif.
4.
Langkah
Strategis Menanggulangi Masalah Lingkungan Hidup
Ada beberapa langkah strategis dalam
menangani masalah pencemaran lingkungan hidup, yaitu:
a. Menerapkan
sistem hukum secara tegas dan berkeadilan terhadap setiap pelaku penceramaran
lingkungan;
b. Melakukan
gerakan perlawanan terhadap pencemaran lingkungan hidup pada semua lapiran
masyarakat, misalnya gerakan reboisasi, menjalankan konservasi, dan melakukan
daur ulang;
c. Melakukan
kontrol dan pengendalian terhadap pertumbuhan penduduk;
d. Melakukan
inovasi teknologi, yaitu teknologi yang ramah lingkungan;
e. Membudayakan
gaya hidup masyarakat yang konsumeris dan mekanis (orientasi kekinian) berubah
pada orientasi hidup pada kelangsungan generasi mendatang (orientasi masa
depan); dan
f. Mengembangkan
pendidikan kelestarian lingkungan di setiap jenjang pendidikan.
5.
Langkah
Strategis Menanggulangi Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok)
Strategi penyelesaian konflik, antara
lain:
o
Pertama, melakukan manajemen konflik.
Manajemen konflik adalah: “tindakan konstruktif yang direncanakan,
diorganisasi, digerakkan dan dievaluasi secara teratur atas semua usaha demi
mengakhiri konflik”. Ada delapan konsep dalam melakukan manajemen konflik,
yaitu:
1.Pengakuan
diri bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada konflik;
2.Analisis
situasi yang menyebabkan konflik;
3.Analisis
pola perilaku pihak-pihak yang terlibat konflik;
4.Menentukan
pendekatan konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian;
5.Membuka
semua jalur-jalur komunikasi, baik langsung atau tidak langsung;
6.Melakukan
negoisasi atau perundingan dengan pihak-pihak yang terlibat konflik;
7.Rumuskan
beberapa anjuran, alternatif, konfirmasi relasi sampai tekanan; dan
8.Hiduplah
dengan penuh motivasi kerja dengan konflik.
o
Kedua, melakukan analisis konflik, yaitu
melakukan penelitian tentang pola budaya antar etnik atau kelompok yang sedang
konflik. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Akan
dapat melacak sejarah etnik, karena sejarah budaya etnik sangat menentukan
karakter etnik masing-masing;
b. Menjelaskan
faktor penyebab konflik antar etnik;
c. Melakukan
interpretasi terhadap konflik etnik dengan melihat sebab-sebabnya;
d. Mengelaborasi
nasionalisme etnik dan peranannya dalam eskalasi konflik sosial; dan
e. Menggambarkan
situasi khusus yang terjadi dalam kondisi kekinian dan meprediksi kondisi
keakanan;
o
Ketiga, melakukan pendidikan komunikasi
lintas budaya. Diantara strategi pendidikan komunikasi lintas budaya adalah
memberlakukan pendidikan multikultural yang terintegrasi pada setiap mata
pelajaran di setiap satuan pendidikan. Inti pendidikan multikultural adalah,
demokratisasi, humanisasi dan pluralis (Sutrisno, L. 2003; Suryadinata, L.,
dkk. 2003).
6.
Langkah
Strategis Menanggulangi Masalah Kriminalitas
Pendekatan atau metode yang dapat
ditempuh untuk mencegah terjadinya tindakan kriminal adalah:
a. Metode
preventif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian informasi (penyuluhan),
pendidikan, pelaksanaan program pembangunan yang benar;
b. Metode
represif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian hukuman, penangkapan dan
pemenjaraan sampai pada penembakan. Metode terbaik dalam menangani tindak
kriminal adalah metode preventif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem
pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar
tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Permasalahan
sosial yang banyak terjadi di lingkungan sekitar adalah masalah pengangguran.
Pengangguran sekarang terjadi dimana-mana. Hal ini disebabkan banyaknya para
pencari kerja. Tetapi, sedikitnya lapangan kerja yang tersedia. Itu hanya salah
satu sebab terjadinya pengangguran. Contoh sebab lain adalah Sumber Daya
Manusia yang kurang berkualitas. Para generasi muda sekarang lebih suka
bemalas-malasan dan bermain dari pada belajar demi menggapai masa depan.
Sehingga di saat mereka dewasa karena tingkat pendidikan mereka sangat rendah
sehingga mereka kesulitan mencari pekerjaan dan akan menjadi pengangguran
Sehingga terjadi kemiskinan dan masalah social lainnya. Kita harus berusaha
mencapai hasil yang terbaik dalam hidup kita sehingga kita akan menjadi manusia
yang berkualitas dan dapat membantu mengurangi masalah sosial yang ada di
lingkungan sekitar kita.
Jadi
permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain : kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, tindakan
kriminal, pengangguran, dan lain-lain. Masih banyak faktor yang menyebabkan
munculnya masalah sosial di masyarakat kita. Masalah ini tidak hanya terjadi di
Negara kita saja tetapi masalah ini terjadi sama rata di seluruh pelosok dunia
.
B. Saran
a. Kembali
Kepada Jalan Allah dengan tuntunan Alquran dan Sunnah.
b. Meningkatnya
kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik
mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala
bidang di dunia internasional.
c. Kita
semua harus bekerja sama dalam mengatasi masalah sosial yang sudah menjadi
sorotan bagi kita. Dengan bersama, masalah akan lebih cepat selesai. Apalagi
dengan disertai prakek-praktek yang nyata, akan semakin banyak orang sadar akan
kehidupan sosial ini.
d. Melakukan
perubahan dan perbaikan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan yang kondusif,
setelah itu mengajak orang terdekat kita.
Casinos in Malta - Filmfile Europe
BalasHapusFind gri-go.com the best Casinos in Malta including bonuses, games, games and the history herzamanindir of games. https://septcasino.com/review/merit-casino/ We cover 1등 사이트 all the main reasons to visit Casinos in filmfileeurope.com